Kalian sudah mendengar cerita secangkir susu coklatku bukan? Yap cerita yang menghiasi kurang lebih empat tahun silam semenjak aku masuk Sekolah Mengah Atas. Mungkin kalian menilai tulisanku ini sedikit belebihan, mengenai susu coklat. Entah apa yang kalian fikirkan aku tak peduli. Ini ceritaku, celotehan hidupku yang masih seumur jagung.
Kalian tahu? Secangkir susu coklatku sudah habis. Aku menghabiskannya kurang lebih lima bulan yang lalu. Pasang surut susu coklat sudah kututup rapih. Perjalanan hiruk pikuk selama empat tahun kini usai sudah. Terima kasih susu coklat. Kamu sudah mengajarkan banyak hal kepadaku, jika nanti bertemu anggaplah aku kawan lamamu. Bye.
Kini aku membuka lembaran baru. Aku tak ingin mengingat masa jahiliyyahku dulu. Semua orang pasti punya masa yang buruk bukan?. Jadilah pelajaranmu di kemudian hari, aku mendapatkan kata-kata itu dari seorang teman. "Jangan terlalu memaksakan, melupakan sesuatu itu bukan hal yang mudah. Biarkan dia mengalir. Sesuatu yang dipaksakan tidaklah baik" Nasihatnya lagi. Dan aku setuju dengan hal itu.
Jangan memaksakan sesuatu. Kesalahanku dalam empat tahun ini adalah memaksakan segala sesuatu yang sudah terjadi, termasuk melupakannya. Aku tahu ini berlebihan. Tapi inilah nyatanya. Sekarang aku menyukai seseorang, ingat hanya menyukai.
Suka. Satu kata yang bila aku mengingatnya langsung memikirkan namanya. Wajar. Manusiawi. Pernah aku bertanya pada ibuku, bolehkah aku menyukai seeorang?. Beliau menjawab, boleh namun harus tahu batasannya. Kamu paham, insya Allah. Hey, aku bukan suka dengan orang sembarangan, dia temanku dan dia tak tahu kalau aku menyukainya. Cukup aku, Allah, Yahya, Diaz, dan Suci yang menyetahuinya. Aku pun tak mau memberitahukannya, cukup hati ini yang menyimpannya. Dan aku tak mau mengulang masa jahiliyyahku, yaitu pacaran.
Jika kau melihatnya, dia hanya laki-laki biasa, insya Allah orang paham. Aku sudah tiga bulan menyukainya dan bukan suka pada pandangan pertama. Aku dan dia dipertemukan dalam satu kepanitiaan di IPB. Dan rasa ini tidak dipaksakan. Kau tahu? dua bulan aku mati rasa. Tidak suka siapapun, mungkin lebih tepatnya benci untuk menyukai seseorang. Bermula pada sebuah percakapan yang mendiskusikan suatu topik. Dia pendiam. Aku baru sekali melihatnya berbicara panjang lebar. Dan disitu aku mulai kagum padanya.
Yap, itulah sepenggal ceritaku mengawali pagi hari ini. Sebuah revolusi hati. Aku tak ingin dia mengetahuinya. Bismillah aku ingin menjadi orang yang lebih baik. Do'akan saja. Sekarang aku akan bergegas pergi, terima kasih sudah mendengar celotehan hatiku. Rumit bukan?
Selamat tinggal susu coklat. Kini aku mulai tumbuh tinggi seperti kecambah. Dan mekar layaknya bunga matahari. Semangat.
Komentar
Posting Komentar